Selasa, 20 April 2010

mikrobiologi

Pseudomonas sp.
A. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Orde : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies :
1. Pseudomonas aeruginosa group
P. aeruginosa
P. alcaligenes
P. anguilliseptica
P. argentinensis
P. borbori
P. citronellolis
P. flavescens
P. mendocina
P. nitroreducens
P. oleovorans
P. pseudoalcaligenes
P. resinovorans
P. straminea

2. Pseudomonas chlororaphis group
P. aurantiaca
P. aureofaciens
P. chlororaphis
P. fragi
P. lundensis
P. taetrolens

3. Pseudomonas fluorescens group
P. antarctica
P. azotoformans
'P. blatchfordae'
P. brassicacearum
P. brenneri
P. cedrina
P. corrugata
P. fluorescens
P. gessardii
P. libanensis
P. mandelii
P. marginalis
P. mediterranea
P. meridiana
P. migulae
P. mucidolens
P. orientalis
P. panacis
P. proteolytica
P. rhodesiae
P. synxantha
P. thivervalensis
P. tolaasii
P. veronii

4. Pseudomonas pertucinogena group
P. denitrificans
P. pertucinogena

5. Pseudomonas putida group
P. cremoricolorata
P. fulva
P. monteilii
P. mosselii
P. oryzihabitans
P. parafulva
P. plecoglossicida
P. putida

6. Pseudomonas stutzeri group
P. balearica
P. luteola
P. stutzeri

7. Pseudomonas syringae group
P. amygdali
P. avellanae
P. caricapapayae
P. cichorii
P. coronafaciens
P. ficuserectae
P. helianthi
P. meliae
P. savastanoi
P. syringae
P. tomato
P. viridiflava
*Mengingat banyaknya spesies Pseudomonas, maka pembahasan kami batasi hanya pada Pseudomonas aeruginosa.

B. Morfologi dan Biakan

Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang, motil dan berukuran sekitar 0.6 x 2 mm. Bakteri ini gram negative dan dapat muncul dalam bentuk tunggal, berpasangan atau kadang – kadang dalam bentuk rantai pendek.

Umumnya memiliki flagel polar, tapi kadang – kadang 2 - 3 flagel. Flagelnya tidak terletak pada kedua ujung kuman. Tidak berspora dan tidak berselubung. Struktur dinding sama dengan family Enterobacteriaceae. Strain yang diisolasikan dari bahan klinik sering mempunyai pili untuk perlekatan pada permukaan sel dan memegang peranan penting dalam resistensi terhadap fagositosis.

Medium selektif untuk penanaman kuman ini adalah Pseudomonas agar atau selenite agar. Selain itu, bakteri ini juga dapat tumbuh pada pembenihan yang dipakai untuk isolasi kuman Enterobacteriaaceae dan kuman Vibrio, serta mempunyai kemampuan untuk mentolerir keadaan alkalis. Bila tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir polisakarida ekstraseluler.

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri obligat aerob yang dapat tumbuh dengan mudah pada banyak jenis medium biakan, kadang menghasilkan bau manis atau seperti anggur atau seperti jagung. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni bulat halus dengan warna fluoresensi kehijauan.

Walaupun Pseudomonas merupakan kuman aerob, tetapi kuman ini dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor electron dalam tumbuh secara anaerob. Suhu pertumbuhan optimum ialah 350 C, tetapi dapat juga tumbuh pada suhu 420C.

Beberapa strain menyebabkan hemolisis darah. Hasil isolasi bahan klinik sering memberikan beta hemolisis pada agar darah. Pada Mac Concey koloni berwarna merah kehijauan, dan pada endo agar, tidak Nampak warna pigmennya (tetap berwarna pink).
Pada media biasa, secara makroskopis, koloni kuman ini berbentuk koloni besar tidak beraturan, abu – abu gelap dan terlihat adanya untaian pada tepinya.

Bakteri ini juga sering menghasilkan pigmen piosianin, pigmen kebiru-biruan yang tidak berfluoresensi, serta larut dalam kloroform, yang berdifusi kedalam agar. Spesies Pseudomonas yang lain tdak menghasilkan piosianin melainkan menghasilkan pigmen fenzin. Banyak strain Pseudomonas aeruginosa juga memproduksi pigmen pioverdin yang befluoresensi, yang memberikan warna kehijauan pada agar.

Beberapa strain menghasilkan pigmen piorubin yang berwarna merah gelap atau pigmen piomelanin yang berwarna hitam. Selain itu P.aeruginosa juga menghasilkan pigmen fluoresens, yaitu suatu pigmen ynag larut dalam air, sementara strain lan menghasilkan pigmen merah.

C. Struktur Antigen dan Toksin

Untuk membedakan strain satu dengan yang lain adalah dengan cara tes serologi, immunotype lipopolisakarida, tipe faga dan kerentanan terhadap piosin (bacteriocin). Selain itu, Antigen O atau antigen somatic juga dapat dipakai untuk membedakan strain kuman dalam tujuan epidemiologic.

Sebagian besar isolate P.aeruginosa yang berasal dari infeksi klinik menghasilkan enzim ekstraseluler, termasuk elastase, protease, dan dua hemolisin : fosfolipase C tidak tahan panas dan glikolipid tahan panas. Kuman ini sensitive terhadap desinfektan biasa dan pemanasan 550 C dalam 1 jam mati. Kuman ini cepat resisten terhadap antibiotika. Contohnya polimiksin B, gentamisin, rifadin, mindilanin, karbenisillin, dan khloramfenikol.

Terdapat 3 eksotoksin yaitu: A, B, dan c yang bersifat letal bagi tikus putih dan anjing dan menyebabkan shock hipotensi pada kera. Telah ditemukan enterotoksin yang menyebabkan infeksi intestinal sehingga terjadi diare.

Banyak strain P.aeruginosa menghasilkan eksotoksin A, yang menyebabkan nekrosis jaringan dan bersifat letal untuk binatang jika disuntikan dalam bentuk murni. Eksotoksin tersebut menghambat sintesis protein melalui suatu mekanisme kerja yang serupa seperti mekanisme toksin difteri, walaupun struktur kedua toksin tersebut tidak sama. Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan pada beberapa serum manusia, termasuk pasien yang telah sembuh dari infeksi berat Pseudomonas aeruginosa.

D. Uji Diagnosis Laboratorium

Spesimen diambil dari lesi kulit, urin, pus, darah,cairan spinal, dan sputum. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan pewarnaan gram dan pembuatan sediaan apus untuk melihat morfologi kuman .

Pseudomonas aeruginosa dapat mencairkan gelatin dan tidak membentuk H2S, Indol negative ( - ) dan kadang – kadang dapat terjadi false indole positive ( + ) hal ini dikarenakan pemakaian reagen erlich yang dapat memecah urea, TSIA K/K, motil positif ( + ), Simon Citrate positif ( + ), glukosa positif ( + ), dan maltosa negatif (-).

E. Patogenesis

Pseudomonas aeruginosa bersifat patogenik bila terdapat pada bagian tubuh yang tidak memiliki pertahanan tubuh normal, misalnya apabila membran mukosa dan kulit rusak akibat kerusakan jaringan langsung.

Bakteri ini menempel dan membentuk koloni pada membran mukosa atau kulit, menginfasi secara local, dan menyebabkan penyakit sistemik. Paling sedikit dihasilkan 2 tipe protease yang menyebabkan lesi hemoragik kulit dan destruksi jaringan kornea mata. Tidak ada efek letal.

Dalam hemolisin dihasilkan fosfolipase dan glikolipid. Kedua-duanya tidak bersifat letal. Pada P.aeruginosa pneumonia, fosfolipase memperkuat penyerbuan organisme dengan menghancurkan jaringan paru dan menyebabkan atelestasis dan nekrosis.

Pada bayi dan orang dengan kondisi lemah, P.aeruginosa dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis yang fatal.

Keadaan ini biasanya terjadi pada pasien leukimia atau limfoma yang mendapat obat antineoplastik atau terapi radiasi dan pada pasien yang mengalami luka bakar hebat. Pada kebanyakan infeksi P.aeruginosa, gejala dan tanda yang muncul tidak spesifik dan berhubungan dengan organ yang terkena.

Kadang – kadang verdoglobin (produk pemecahan hemoglobin) atau pigmen yang berfluoresens dapat dideteksi pada luka, luka bakar, atau urin yang menggunakan fluoresensi ultraviolet.

Nekrosis hemoragik kulit sering terjadi pada sepsis yang disebabkan oleh P.aeruginosa; lesi yang disebut ektima gangrenosum tersebut, dikelilingi oleh eritema dan sering tidak berisi pus. P.aeruginosa dapat dilihat dari specimen yang diambil dari lesi ektima dengan pewarnaan gram, dan biakannya positif.

Ektima gangrenosum jarang terjadi pada bakteremia yang disebabkan oleh organisme selain P.aeruginosa. Proses ini dilakukan oleh pili, enzim, dan toksin.

Lipopolisakarida berperan langsung dalam menyebabkan demam, shock, oliguria, leukositosis, dan leucopenia. Kuman dapat menginfeksi traktus urogenitalis, septicemia, ulkus kornea, gastroenteritis pada anak – anak, dan meningitis.

F. Pengobatan

Infeksi Pseudomonas aeruginosa yang berat secara klinis tidak boleh diobati dengan terapi obat tunggal karena bakterinya dapat dengan cepat menjadi resisten jika diberikan obat tunggal. Penisilin yang aktif melawan P.aeruginosa – tikarsillin atau piperasillin – digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida, biasanya tobramisin.
Obat lainnya yang aktif melawan P.aeruginosa meliputi aztreonam, imipenem, dan yang golongan kuinolon yang baru seperti siprofloksasin. Golongan sefalosporin yang baru, seperti sefoperazon dan seftazidim, digunakan sebagai terapi primer infeksi P.aeruginosa.

Pola sensitifitas P.aeruginosa berfariasi secara geografis dan uji sensitifitas harus dilakukan sebagai penunjang dalam memilih terapi antimikroba. Kebanyakan antimikroba tidak efektif terhadap pseudomonas. Kebanyakan dari strai organisme ini peka terhadap amikasin, gentamisin, tobramisin, dan polistin.

Kepekaan ini terus berkembang terutama pada pengobatan yang lama. Kira – kira 50% sensitive terhadap karbenisol. Karbenisilin dan gentamisin invivo bekerja sinergistik. Vaksin heptavalent ( pseudogen ) telah dikembangkan dan efektif pada luka bakar.

G. Pencegahan
Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di dunia dan terdapat di tanah, sampah, air, dan udara. Penyebaran dari pseudomonas akan meluas jika cara kerja yang ceroboh, pencucian tangan yang tidak yang sempurna, cara pemakaian desinfektan, kateter, serta alat – alat pernafasan yang kurang disterilkan dengan baik.

Pseudomonas aeruginosa merupakan pathogen nosokomial dan metode untuk mengontrol infeksinya sama dengan metode yang digunakan pada pathogen nosokomial lainnya. Karena pseudomonas tumbuh subur pada lingkungan basah, perhatian khusus harus ditujukan pada kasus tenggelam, bak cuci, shower, bak air panas, dll.

Vaksin dari jenis yang tepat diberikan pada pasien beresiko tinggi dapat memberikan perlindungan pada sepsis pseudomonas. Terapi seperti ini telah digunakan pada penderita leukemia, lika bakar, kistik fibrosis, dan imuno sukresi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar